Be Positive, Full of Passion and Ideas

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) merupakan organisasi ekonomi antar-pemerintah yang dibentuk pada tahu...

Komparasi Penerapan Akuntasi Akrual Di Negara-Negara OECD



Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) merupakan organisasi ekonomi antar-pemerintah yang dibentuk pada tahun 1960 dengan jumlah anggota saat ini sebanyak tiga puluh lima negara mulai dari Utara dan Selatan Amerika hingga Eropa dan Asia Pasifik. Organisasi ini memiliki tujuan salah satunya adalah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang tinggi dan meningkatkan standar hidup negara anggota dengan menjaga stabilitas keuangan dan berkontribusi dalam meningkatkan perkembangan ekonomi dunia. Pada Tahun 2016 OECD melakukan survei kepada negara anggotanya untuk mengetahui reformasi dan modernisasi laporan keuangan tahunan selama dekade terakhir. Hasil survei tersebut tercantum dalam laporan yang berjudul Accrual Practices and Reform Experiences in OECD Countries yang akan dijelaskan sebagai berikut.

a.        Dasar Akuntansi pada Negara-Negara OECD
Berdasarkan The 2016 OECD Accrual Survey dari tiga puluh empat negara yang disurvei, sebanyak dua puluh lima negara atau sebesar 73% menggunakan dasar akuntansi akrual untuk menyusun laporan keuangan tahunan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah penggunaan basis akrual dibandingkan survei OECD yang pertama di tahun 2003 yang hanya seperempat saja dari negara-negara anggota yang sudah menggunakan sistem akuntansi akrual.
Sebanyak tiga negara, yakni Yunani, Portugal, dan Slovenia, atau sebesar 9% masih dalam proses transisi dari basis kas ke basis akrual karena proses transisi ini sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang panjang. Negara-negara tersebut melaporkan beberapa bagian laporan keuangan dengan basis akrual dan beberapa bagian yang lain masih menggunakan basis kas.
Selain itu, terdapat enam negara atau sebesar 18% masih menggunakan basis kas dalam penyusunan laporan keuangan tahunannya. Akan tetapi, dua negara diantaranya, yaitu Irlandia dan Norwegia, sedang mempertimbangkan untuk menggunakan basis akrual di tingkat kementerian dan departemen yang berfungsi sebagai informasi tambahan. Dua negara lainnya, Italia dan Luxembourg, sedang dalam proses peralihan dari basis kas ke akrual. Hanya dua negara yaitu Jerman dan Belanda yang belum memiliki rencana untuk beralih menggunakan basis akrual untuk laporan keuangan tahunannya walaupun di Belanda khusus untuk laporan keuangan tingkat kementerian/departemennya sudah menggunakan basis akrual.

       Grafik 1. Persentase Penggunaan Dasar Akuntansi pada Negara-Negara OECD

          Sumber: The 2016 OECD Accrual Survey

Tabel 1. Dasar Akuntansi Negara-Negara OEDC
No.
Accrual Basis
Cash Basis
Cash Trasitioning to Accrual Basis
1
Australia
France
Poland
Germany
Greece
2
Austria
Hungary
Slovak Republic
Ireland
Portugal
3
Belgium
Iceland
Spain
Italy
Slovenia
4
Canada
Israël
Sweden
Luxembourg
5
Chile
Japan
Switzerland
Netherlands
6
Czech Republic
Korea
Turkey
Norway
7
Denmark
Mexico
United Kingdom
8
Estonia
New Zealand
United States
9
Finland
          Sumber: The 2016 OECD Accrual Survey

b.        Jenis-Jenis Laporan Keuangan Negara-Negara OECD
Berdasarkan The 2016 OECD Accrual Survey, negara-negara yang masih menggunakan basis kas atau basis kas menuju akrual hanya menerbitkan satu laporan utama pada akhir tahun. Negara-negara ini menyajikan laporan perbandingan antara anggaran dan realisasi ataupun Statement of Cash-Flow. Setengah dari mereka, yakni Jerman, Irlandia, Portugal, Yunani, dan Slovenia, juga menyajikan Statement of Financial Position dan Statement of Financial Performance dalam format yang ringkas sebagai pelengkap informasi pada laporan pelaksanaan anggaran mereka.
Sedangkan negara-negara yang sudah menggunakan basis akrual untuk sistem akuntasi laporan keuangan memiliki lebih banyak jenis laporan keuangan tahunan walaupun tidak selalu menyajikan seluruh komponen laporan utama dan berbagai pengungkapan yang diperlukan sesuai dengan standar internasional. Seperti yang ditunjukkan oleh grafik 2, semua negara yang sudah menggunakan basis akrual menerbitkan Statement of Financial Position, Statement of Financial Performance, dan Disclosures.

Grafik 2
Persentase Jenis Laporan Keuangan Tahunan Negara- Negara OECD

                 Sumber: The 2016 OECD Accrual Surve

c.       Reformasi Akrual di Negara-Negara OECD
1)             Proses Reformasi
Berdasarkan The 2016 OECD Accrual Survey, sebesar 57% atau sembilan belas negara anggota OECD sudah melaksanakan sistem akuntansi akrual secara penuh, 22% atau delapan negara masih dalam proses transisi menuju basis akrual secara penuh, dan 12% atau empat negara masih berencana untuk melakukan transisi dari basis kas menjadi basis akrual sebagaimana dapat dilihat pada grafik 3. Sedangkan, terdapat tiga negara yakni Belanda, Norwegia, dan Jerman yang tidak berencana untuk menggunakan basis akrual sebagai sistem akuntansi negara mereka. Hal ini dikarenakan di Jerman kurang mendapatkan dukungan politik yang disebabkan oleh adanya anggapan bahwa keuntungan yang akan didapat dengan menggunakan basis akrual tidak akan melebihi biaya yang ditanggung untuk proses transisi. Sedangkan di Belanda disebabkan oleh penggunakan basis kas untuk penganggaran dan laporan keuangan dianggap sudah memberikan semua informasi yang dibutuhkan.
                                       Grafik 3. Status Reformasi Akrual

                 Sumber: The 2016 OECD Accrual Surve

2)             Tujuan Reformasi
Proses adopsi basis akrual merupakan bentuk inisiatif sebuah negara untuk melakukan reformasi manajemen publik. Dalam survei OECD Tahun 2016 ditemukan bahwa motivasi negara-negara OECD dalam melakukan reformasi adalah untuk menyajikan laporan keuangan negara yang wajar, untuk mengukur biaya kegiatan pemerintahan secara lebih akurat, memperkenalkan atau meningkatkan budaya kinerja, dan memodernisasi manajemen publik. Motivasi yang lain adalah sebagai berikut:
-            Transparansi dan akuntabilitas
·           Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
·           Menyajikan informasi keuangan negara secara wajar
·           Pengambilan keputusan yang tepat
·           Memenuhi persyaratan pelaporan eksternal
-            Pengelolaan sumber daya strategis
·           Memberikan informasi dan analisis kepada manajemen senior
·           Membantu pemerintah mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan
·           Membantu pengambilan keputusan yang tepat
·           Memperkuat kapasitas institusi dalam hal penganggaran, pengelolaan pengeluaran, dan pengelolaan keuangan aktivitas pemerintah
·           Meningkatkan orientasi kinerja termasuk evaluasi kebijakan
·           Mempermudah dalam perekrutan staf yang ahli ketika standar akuntasi pemerintah sebanding dengan standar yang digunakan oleh sektor privat
-       Menigkatkan kewaspadaan dan manajemen biaya
·           Menilai biaya kegiatan operasional, kebijakan, dan program pemerintah
·           Merekam nilai aset dan liabilitas
·           Mengukur hasil kinerja pemerintah

3)             Tantangan Reformasi Akuntansi
 Dalam proses reformasi ini, negara-negara OECD menghadapi beberapa tantangan umum seperti sulitnya mengidentifikasi dan menilai aset dan liabilitas karena beberapa negara tidak memiliki data yang dapat diandalkan. Selain itu juga terdapat tantangan ketika menggunakan sistem informasi dan teknologi yang baru, kesulitan mewujudkan perubahan di lembaga legislatif dimana persiapan laporan keuangan harus dibahas dengan pemimpin politik dan harus disepakati bersama sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
Kebanyakan pemerintah menetapkan tahapan transisi terkait perubahan ke akuntasi akrual secara implisit atau eksplisit. Pemerintah mempertimbangkan jangka waktu realistis yang dibutuhkan untuk proses reformasi ini. Strategi kunci yang digunakan adalah dengan mengadopsi pendekatan fase per fase transisi untuk mengatasi tantangan tersebut, meminimalkan kegagalan, dan memaksimalkan kemungkinan keberhasilan penerapan basis akrual.  Selain itu, proses reformasi ini juga membutuhkan pengelolaan proyek yang efektif, kepemimpinan Kementerian Keuangan yang kuat, pentingnya memberikan pelatihan berkelanjutan dan asistensi kepada unit pelaksana, serta pentingnya manajemen sumber daya manusia.
Tantangan lain yang harus dihadapi antara lain untuk mengadaptasi kebijakan dan peraturan hukum yang sudah ada, mempersiapkan laporan keuangan konsolidasi, mempersiapkan laporan keuangan secara tepat waktu, mempersiapkan keperluan audit dan kualifikasi audit, serta mengestimasi, mengawasi, dan mengendalikan biaya untuk proses reformasi ini.

4)             Pencapaian Tujuan Reformasi
Menurut The 2016 OECD Accrual Survey, setengah Ministry of Finance negara-negara OECD mengatakan bahwa beberapa tujuan dari reformasi sudah sepenuhnya tercapai, sepertiganya mengatakan bahwa masih sebagian saja yang tercapai, dan sisanya mengatakan bahwa tujuannya belum tercapai. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, beberapa negara memiliki inovasi agar informasi akrual lebih mudah dipahami dan digunakan untuk penentuan keputusan anggaran. Seperti Austria mencoba mengurangi jangka waktu untuk menerbitkan laporan keuangan sehingga sudah tersedia pada awal fase proses perencanaan anggaran. Inggris mencoba menyederhanakan laporan keuangannya sehingga lebih mudah untuk dipahami. Sedangkan Selandia Baru memiliki Investment Statement yang berisi mengenai penilaian kinerja pemerintah dalam mengelola aset dan liabilitasnya untuk menginformasikan kepada masyarakat dan pembuat keputusan tentang efisiensi manajemen publik.


Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari

Translate

catatan

seluruh konten dalam website ini adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili tempat saya bekerja maupun tempat saya menempuh pendidikan