Be Positive, Full of Passion and Ideas

PENGENALAN Kuala Lumpur, Ibu Kota Malaysia, walaupun pusat pemerintahannya berpindah ke Putra Jaya, kota ini tetap menjadi pusat ekon...

Pelajaran dari Transportasi Publik Terintegrasi Di Kuala Lumpur, Malaysia


PENGENALAN

Kuala Lumpur, Ibu Kota Malaysia, walaupun pusat pemerintahannya berpindah ke Putra Jaya, kota ini tetap menjadi pusat ekonomi dan bisnis di Malaysia. Kota ini telah banyak menjadi tuan rumah berbagai acara nasional dan internasional sehingga merupakan wilayah dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang paling pesat di Malaysia.
Selama berada di Kuala Lumpur (KL) (9 – 12 Juni 2018) saya ingin menggunakan secara langsung fasilitas transportasi publik yang ada dan perannya dalam memudahkan wisatawan untuk mengakses berbagai lokasi wisata. Untuk mencapai tujuan itu saya menginap di hotel Prescott yang jaraknya sekitar 500m dari KL Sentral dan pusat perbelanjaan NU Sentral sehingga aksesnya cukup mudah untuk berpergian kemana-mana karena KL sentral merupakan pusat transportasi terintegrasi di Kuala Lumpur. Adapun dengan rata-rata biaya perjalanan sekitar 2-4 RM kita sudah bisa menggunakan berbagai pilihan transportasi seperti Monorail, LRT, MRT, dan KTM ke berbagai tujuan wisata seperti KLCC, Batu Cave, Pasar Seni dan lain – lain. Adapun kereta bandara (ERL) biayanya cukup mahal yaitu 50 RM untuk sekali perjalanan. Selain itu terdapat juga bus gratis untuk keliling Kuala Lumpur yang dikenal dengan Go KL.
Tidak berbeda jauh dengan Indonesia, iklim dan cuaca di kota ini cukup panas Antara 23 Celcius sampai dengan 32 Celcius. Walaupun panas, udara di kota Kuala Lumpur tidak terlalu pengap dan sesak seperti di Jakarta mungkin ini dikarenakan oleh sedikitnya kendaraan bermotor yang ada dijalanan. Selama saya berada disana, sangat jarang sekali terlihat sepeda motor, kalaupun ada biasanya adalah merk honda yang sangat ‘jadul’ dan Yamaha MX atau motor tipe matik merk Honda, mayoritas kendaraan yang digunakan masyarakatnya adalah mobil bahkan dikawasan yang tergolong ‘kampung’ pun terparkir banyak mobil. Mungkin hal ini dikarenakan pendapatan perkapita masyarakatnya yang cukup tinggi (hampir tiga kali lipat Indonesia) dengan biaya hidup yang relatif serupa dengan Jakarta serta banyaknya jalanan lebar yang sangat sesuai untuk penggunaan mobil pribadi. Selain itu juga terdapat juga sistem penyewaan sepeda yang disebut dengan O’Bike. Untuk menggunakan sistem O’Bike ini seseorang harus mengunduh aplikasi oBike, mendaftar dan membayar deposit mirip seperti ketika kita menggunakan aplikasi Gojek. Aplikasi ini digunakan untuk menyewa dan mengembalikan sepeda, dengan metode pembayaran menggunakan kartu Kredit / Debit yang telah didaftarkan. Untuk mengendarai sepeda, pengguna harus memiliki koneksi internet dan bluetooth untuk membuka kunci sepeda, hal ini dilakukan dengan memindai kode QR atau memasukkan nomor sepeda yang diinginkan. Jika berhasil, kunci di roda belakang terbuka secara otomatis. Setelah pengguna menyelesaikan perjalanan mereka, mereka perlu mengunci secara manual dan meninggalkan sepeda di tempat parkir tertentu agar siap untuk digunakan pengguna berikutnya. Pada saat mengunci sepeda, pengguna harus memastikan lagi bahwa mereka memiliki Bluetooth dan koneksi internet, agar sistem O’Bike mencatat akhir perjalanan dan menghitung biaya dengan tepat.

KEBIJAKAN TRANSPORTASI PUBLIK DI KUALA LUMPUR

1. Kebijakan Transportasi darat di Kuala Lumpur (Malaysia)

Kebijakan transportasi di Kuala Lumpur secara terbagi antara City Hall Kuala Lumpur (CHKL) dan pemerintah federal. Departemen Transportasi Perkotaan CHKL dipercayakan dengan berbagai fungsi koordinasi dan administrasi untuk perencanaan transportasi perkotaan. Sedangkan Pemerintah Federal lebih banyak berurusan dengan rencana transportasi nasional, pedoman kebijakan dan hal-hal yang menyangkut administrasi dan perencanaan transportasi secara keseluruhan. Pada praktiknya untuk beberapa kasus ditemukan bahwa terdapat miskoordinasi dan tumpang tindih antara dua institusi tersebut yang menyebabkan banyak pembangunan transportasi menjadi tidak optimal, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh isu politik dan peran para politisi di pemerintah federal yang memiliki budaya politik tersentralisasi.
Pemerintah Federal Malaysia telah menyusun Land Public Transport Master Plan (LPTMP) yaitu sebuah perencanaan pembangunan transportasi darat jangka panjang yang disahkan pada tanggal 16 October 2013. LPTMP ini mengacu pada Visi Malaysia yaitu pada 2020 menjadi negara industri dan berkembang sepenuhnya serta menjadi negara berpendapatan tinggi. Adapun visi yang ingin dicapai LPTMP ini adalah “Achieve a safe, reliable, efficient, responsive, accessible, planned, integrated, affordable and sustainable land public transport system to enhance socio-economic development and quality of life”. Adapun sejarah transportasi darat di Malaysia dapat dilihat sebagai berikut:
Didalam LPTMP terdapat lima kebijakan strategis yang harus dicapai yaitu:
a) Enhance Land Public Transport Connectivity Across Urban Conurbations and Access in Rural Areas
Fokus pembangunan di area perkotaan adalah dengan meningkatkan layanan yang ada, berinvestasi dalam infrastruktur dan layanan baru, dan berinvestasi dalam mengintegrasikan berbagai moda trasnportasi yang secara Bersama-sama akan meningkatkan kapasitas transportasi darat. Contohnya: Proyek MRT Klang Valley, pembangunan 12 koridor Bus Rapid Transit, menggandakan jangkauan monorail menjadi 33 Km dan meningkatkan jalur LRT.
Untuk daerah perdesaan tidak diprioritaskan untuk membangun jasa baru atau berinvestasi secara besar-besaran namun dengan meningkatkan kualitas jasa yang ada dengan biaya modal yang sedikit. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah kerjasama antara pemerintah dan swasta ataupun menggunakan hibah.
b) Ensure Affordable and Accessible Public Transport Services by Enhancing Industry Structure
Kebanyakan operator transportasi umum merupakan BUMN yang karena manajemennya kutang baik maka mengakibatkan pemerintah harus membayar subsidi lebih besar untuk menekan harga tiket. Oleh karena itu, akan dibuka kesempatan untuk membangun struktur industri yang dapat menghasilkan keuntungan sehingga mampu mengurangi beban pajak. Peningkatan struktur industri ini dilakukan dengan melakukan review mengenai perencanaan rute, insentif yang dibutuhkan untuk pemenuhan layanan minimum, struktur kepemilikan sedemikian rupa untuk menghindari praktik monopolistik, subsidi yang diarahkan untuk dampak maksimal. Selain itu juga dapat dilakukan sinergi dengan pihak swasta yaitu melalui jasa periklanan, pembangunan retail dan properti.
c) Enhance Service Levels and Convenience by Improving Monitoring and Enforcement, As Well As “Soft Integration”
Salah satu cara untuk meningkatkan kenyamanan dan jasa yang diberikan yaitu dengan memperbaiki sistem regulasi yang ada, meningkatkan koordinasi antar instansi pemerintah dan otoritas yang terlibat dalam regulasi tersebut, penggunaan prosedur dan peraturan yang selalu update sesuai kondisi, pelatihan kepada karyawan, penilaian kembali mengenai realokasi sumberdaya yang dibutuhkan. Selain itu untuk memudahkan pengguna moda transportasi darat, mengacu pada kemudahan integrasi berbagai moda transportasi maka diperlukan soft integration selain juga integrasi infrastruktur fisik seperti pengenalan sistem integrated cashless payment untuk berbagai jenis transportasi darat.
d) Enhancing Safety Levels of Public Transport
Meningkatkan keamanan transportasi publik yatu dengan memperketat ketentuan dan penalti terkait pemberian lisensi berkendara, pelatihan driver dan penilaian kelayakan moda transportasi yang digunakan.
e) Reduce Congestion, Pollution, and Increase Incidence of Cycling and Walking at the First/Last Mile
Perencanaan dan pembangunan transportasi darat difokuskan pada sistem yang ramah lingkungan dengan mengadaptasi green technologies and practies serta di setiap titik transportasi publik juga harus dirancang sedemikian rupa agar dapat mendorong pengguna untuk mempraktikkan gaya hidup sehat (jalan kaki/sepeda).
Adapun infrastruktur yang sudah ada saat ini dibuat dengan mengintegrasikan berbagai moda transportasi darat yang menghubungkan dari bandara internasional KL sampai dengan berbagai tempat wisata serta tentunya memenuhi kebutuhan transportasi sehari-hari masyarakat di Kuala Lumpur sebagaimana dapat dilihat berikut ini:

PENGALAMAN MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PUBLIK DI KUALA LUMPUR

Di KL sentral banyak pilihan moda transportasi yang dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang ingin dikunjungi. Untuk memudahkan kita dalam menggunakan berbagai transportasi tersebut baiknya kita mendownload dan mempelajari peta rute transportasi yang akan digunakan karena setiap jenis kereta memiliki rute dan gate yang berbeda, hal ini berguna untuk menghindari pengenaan penalti karena harus keluar di gate yang sama, kondisi ini berbeda dengan KRL di Jakarta yang disediakan oleh satu penyedia. Untuk pembayaran dapat menggunakan tiket sekali jalan yang diperoleh di setiap mesin penyedia di stasiun dan kemudian kita akan mendapatkan sebuah koin sebagai tiket perjalanan yang harus ditempelkan pada scanner gate masuk dan dimasukkan pada lubang koin saat gate keluar ataupun menggunakan TnGo Card mingguan maupun bulanan yang dapat digunakan untuk berbagai moda transportasi. Penggunaan TnGo Card ini sangat berguna jika kita berkunjung di Kuala Lumpur saat hari kerja normal karena dapat menghindari antrian di mesin tiket stasiun. Khusus untuk KLIA Ekspress setahu saya bisa menggunakan sistem pembayaran tiket sekali jalan (yang berbentuk kertas) saja.
a) Kereta Bandara
KLIA Express atau mudahnya kita sebut saja sebagai kereta bandara ini dapat diakses dari bandara KLIA 2. Jadi kalau kita mendarat di KLIA 1 harus transit dulu menggunakan kereta komuter antar bandara. Tarif yang dikenakan adalah 55 RM namun pada kesempatan ini saya mendapatkan diskon 10% karena menggunakan mesin tiket otomatis yang disediakan. Kesan pertama saat menggunakan kerata ini adalah kurang lebih sama dengan kereta bandara yang kita punya di Indonesia. Alternatif lain yang dapat digunakan adalah menggunakan bus dari bandara ke KL Sentral, tarif yang dikenakan lebih murah yaitu 12 RM. Pengalaman saya ketika menggunakan bis di Malaysia adalah mereka (operator bis) cukup ketat dengan ketepatan jadwal keberangkatan bahkan bisa lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan jika seluruh penumpang telah masuk kedalam bis. Hal ini dikarenakan pembelian tiket akan ditutup sekitar 30 menit sebelum jadwal keberangkatan sehingga penumpang tidak bisa membeli tiket secara dadakan atau bahkan didalam bus. Perjalanan yang ditempuhpun sangat lancar.
b) Monorel, LRT dan MRT
Moda transportasi yang paling saya andalkan untuk berkeliling menuju berbagai tempat wisata di Kuala Lumpur adalah kereta komuter Monorel, LRT maupun MRT. Selain lokasi stasiunnya yang sangat dekat dengan tempat tujuan wisata, Biaya yang dikeluarkan pun cukup murah yaitu dikisaran 2-4 RM tergantung jarak perjalanan. Ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta cukup tepat waktu dan dapat diandalkan. Selain itu, hampir disetiap stasiun tersedia penyewaan sepeda O’Bike yang dapat digunakan oleh wisatawan untuk berkeliling jika malas untuk berjalan kaki.
Stasiun Monorel, LRT dan MRT memiliki satu hal yang berbeda dengan stasiun KRL di Indonesia yaitu adanya palang pembatas tambahan disepanjang sisi peron yang menghalangi penumpang agar tidak terjatuh ke kolong rel, fungsi lainnya dari palang pembatas ini adalah dapat membuat pengguna lebih tertib mengantri.
c) KTM
KTM adalah jenis transportasi yang saya gunakan untuk menuju tempat wisata Batu Cave, ini adalah salah satu pengalaman yang tidak menyenangkan menurut saya karena kereta menuju batu cave hanya ada 2 jam sekali dan sering terjadi keterlambatan yang dikarenakan adanya proyek penambahan jalur rel KTM oleh pemerintah federal Malaysia.
setiap GerbongKTM memiliki tempat duduk yang sedikit dimana dalam satu gerbang terdapat 3 baris menghadap depan dan 3 baris menghadap belakang serta diantara keduanya tempat duduk gabungan yang menempel dinding seperti yang ada di KRL Jakarta. Perjalanan dari KL sentral ke Batu Cave pun berjalan lancar dan cukup mulus selain itu akses dari stasiun ke objek wisata juga sangat dekat dan terintegrasi sehingga memudahkan wisatawan.
d) Bus Go KL
Transportasi umum terakhir yang sempat saya gunakan adalah Bus Go KL. Bus ini gratis dan memiliki rute tetap. Ada empat jalur GO KL. Green line, blue line, purple line dan red line. Red line ditujukan untuk jalur GO Relax alias untuk santai-santai, Blue Line ditujukan untuk jalur Go Work alias jalur para pekerja, Purple Line ditujukan untuk pusat wisata atau tujuan wisata. Sedangkan Green Line ditujukan sebagai GO Shopping alias pusat belanja. Busnya cukup nyaman, ACnya berfungsi dan bahkan kita bisa menumpang WIFI gratis saat menaiki bus ini.
Sebenarnya ada lagi transportasi umum yang dapat digunakan yaitu RapidKL, bus berbayar, namun saya tidak sempat menggunakannya karena keterbatasan waktu disana.

PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL

Dari uraian diatas setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita pelajari untuk memperbaiki transportasi darat di Indonesia yaitu:
  1. Perlunya perubahan sistem transportasi menjadi lebih terintegrasi dan menyeluruh sehingga transportasi darat menjadi pilihan utama masyarakat yang dapat diandalkan seperti dengan mendekatkan akses kereta ke berbagai tempat tujuan baik tujuan wisata, kantor (bekerja), maupun tempat hiburan sehingga akan memberikan kenyamanan kepada pengguna.
  2. Perlunya peningkatan teknologi yang digunakan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pengguna seperti penggunaan koin plastik untuk mengganti kartu harian berbayar sehingga dapat menghindari aktifitas yang tidak perlu seperti harus mengantri untuk mengambil refund.
  3. Maksimalisasi penggunaan mesin tiket otomatis yang saat ini sudah mulai diterapkan di berbagai stasiun kereta di Indonesia.
  4. Penggunaan batas penghalang disetiap peron agar menghindari insiden kecelakaan yang disebabkan oleh jatuhnya seseorang kedalam celah peron.
  5. Perbaikan peraturan terkait moda transportasi pribadi dan perancangan infrastruktur yang ‘menekan’ masyarakat yang menggunakan transportasi pribadi sehingga masyarkat akan beralih ke transportasi umum dan mengurangi kemacetan di jalanan ibukota.
  6. Meningkatkan kerjasama, koordinasi dan sinergi pemerintah dengan berbagai pihak termasuk pihak swasta untuk mengoptimalkan penyediaan layanan publik sehingga mampu menekan anggaran yang dikeluarkan pemerintah.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari

Translate

catatan

seluruh konten dalam website ini adalah pendapat pribadi dan tidak mewakili tempat saya bekerja maupun tempat saya menempuh pendidikan