Artikel ini saya tulis sebagai
bentuk keisengan yang bermula dari matinya nomor IM3 yang sudah dipakai selama
7 tahun terakhir, sebenarnya tanda-tanda tersebut sudah mulai terlihat sejak
beberapa hari yang lalu ketika seorang teman ingin menelpon namun tidak bisa
karena “nomor tidak terdaftar”, saat itu aku mengabaikannyai karena sudah
sangat sering terjadi mungkin ini hanya gangguan seperti biasa ditambah tidak
ada notifikasi sama sekali dari pihak Indosat jika nomor saya akan masuk masa
tenggang. Namun keesokan harinya tiba-tiba kartu IM3 tidak ada sinyal
samasekali. Awalnya aku masih mengira ini gangguan normal karena di daerah sini
memang sinyal indosat terkadang tidak stabil. Namun setelah direstart dan coba
menanyakan ke teman yang menggunakan IM3 di area yang sama mereka tidak
mengalami masalah. Akhirnya cara terakhir yang aku coba yaitu mengisi ulang
pulsa dan ternyata status nomor tersebut tidak terdaftar, fix nomor yang sudah
menemani saya sejak zaman kuliah ini mati total.
Setelah membaca beberapa artikel
online ternyata masih ada harapan untuk reaktivasi nomor tersebut yaitu dengan
mengajukan reaktivasi ke gerai oredoo/indosat. Nah langsunglah saya pergi ke
gerai oredoo terdekat dan setelah bertanya ternyata ada ketentuan baru dimana
nomor saya nanti akan menjadi pasca bayar ditambah harus bundle dengan HP plus
paket pulsa atau kuota minimal setahun. Mendengar hal ini aku hanya ketawa saja
dan langsung pamit, ya inilah akibat dari persaingan pasar yang semakin ketaat.
Seperti yang kita ketahui bersama saat ini pengaturan mengenai maksimal
penggunaan nomor ponsel per orang sudah diatur, begitupula dengan persaingan
harga/tarif yang semakin diperketat untuk menyehatkan persaingan pasar. Dulu pertama
kali aku menggunakan IM3 pertimbangan utamanya adalah murahnya paket sms dan
telpon sampai kemudian muncul berbagai operator baru yang sangat tidak rasional
dalam menawarkan paket sms/telpon. Disinilah strategi keunggulan harga sangat
bermain. Namun dilain sisi pengguna telkomsel (terutama kalangan eksekutif
swasta , pegawai kantoran, dan kalangan ekonomi ‘atas’ lainnya) masih setia
karena layanan dan kualitas sinyal yang kuat.
Seiring waktu berjalan, dengan
semakin maju dan murahnya teknologi internet berbagai operator seluler kemudian
melakukan berbagai diferensiasi, paket SMS dan telpon mulai meredup dan kalah
dengan paket internet, chat dan social media yang semakin banyak digunakan oleh
masyarakat. Akhirnyapun akupun saat itu membeli kartu XL untuk koneksi internet
sedangkan IM3 masih dipertahankan karena nilai historis dan untuk berbagai
keperluan registrasi. Karena nomor im3
ini sangat jarang sekali digunakan akhirnya aku lupa untuk mengisi pulsa
dan ya hanguslah sudah. Untuk mengembalikan nomor ini aku dihadapkan pada opsi
untuk menganti kartu ke Pascabayar bundling paket internet/pulsa selama 1 tahun,
apakah ini worth? Buat aku sih tidak karna aku tidak butuh tambahan handphone
dan langganan internet baru. akhirnya aku memutuskan untuk berganti ke operator
lain. Namun sejumlah pertanyaan masih menggaung didalam kepalaku Kenapa Indosat
‘memaksa’ konsumen untuk membeli paket dan harus menjadi pascabayar?.
ada beberapa kemungkinan jawaban yaitu indosat
ingin mengamankan pendapatan/konsumennya atau indosat saat ini sedang mengalami
tekanan dalam menghadapi persaingan pasar. Kenapa aku bilang indosat ingin
mengamankan pendapatan/konsumennya tentunya hal ini terjawab dengan pemaksaan
sepihak untuk menggunakan pascabayar yang belum lagi harus digabungkan dengan
paket dan wajib minimal berlangganan selama satu tahun. Indosat melakukan
strategi yang sangat agresif untuk memperoleh inflow dari berbagai konsumen
yang mungkin bisa diperoleh bahkan dari pelanggan lama seperti saya. Tentunya strategi
ini cukup kreatif dan mengesalkan.
Kemungkinan kedua yaitu indosat menghadapi
tekanan besar dalam persaingan pasar dengan pembatasan penggunaan nomor untuk
setiap orang dan semakin banyaknya pesaing yang sudah masuk kedalam pasar
Indonesia. Kita lihat beberapa perbandingan paket internet yang ditawarkan oleh
beberapa operator yang ada di Indonesia sebagai berikut:
Paket Internet
|
Telkomsel
|
Extra
Combo XL
|
Nonstop
Tri
|
Freedoom
IM3
|
SmartFren
|
Harga
|
100.000
|
89.000
|
80.000
|
95.000
|
100.000
|
Kuota Utama
|
3,5 GB
|
10 GB
|
5 GB
|
20 GB
|
15 GB
|
Kuota 4g
|
2 GB
|
|
30 GB
|
5 GB
|
|
Kuota lainnya
|
5 GB
|
10 GB
|
|
3 GB / 7 hari
10 Gb Kuota Malam (jam 1-6)
|
15GB (jam 1-5)
|
SMS
|
|
|
|
|
|
Telpon
|
|
30 menit
|
30 Menit
|
|
|
Lainnya
|
|
|
|
|
|
Masa aktif
|
30 hari
|
30 hari
|
30 hari
|
30 Hari
|
30 Hari
|
Sumber: diolah oleh penulis, data
per 15 Agustus 2018
Cakupan 4G (Orange) dan 4G+
(Merah) di Jabodetabek
Sumber:
https://tekno.kompas.com/read/2018/03/14/11360767/adu-internet-6-operator-telekomunikasi-di-indonesia-siapa-juaranya
Dari gambar diatas dapat dilihat
bahwa persaingan sangat ketat, semua operator menawarkan tarif yang serupa.
Yang berarti bahwa perusahaan harus memiliki daya saing tersendiri yang menjadi
cap yang melekat dalam benak setiap orang. Telkomsel dengan kualitas
sinyal/layanan, XL dengan upayanya selalu terdepan dalam adopsi teknologi (dengan
claim menjangkau 95% masyarakat Indonesia dan penerapan 4,5G). Lalu Indosat?
Setidaknya bagi saya belum ada personal brand yang benar-benar melekat untuk
saat ini tentunya hal ini berbeda bagi setiap orang dan ini merupakan output
yang normal dari strategi pemasaran yang selama ini telah dilakukan oleh
Indosat. Selain itu, konsumen juga memiliki preferensinya masing-masing walaupun
secara spesifikasi paket yang ditawarkan serupa tapi apakah kualiatasnya sama? Apakah
sesuai dengan kebutuhan konsumen?.
Sebenarnya praktik ‘pemaksaan’
ini tidak hanya dilakukan oleh marketing indosat. Teman saya yang menggunakan
operator telkomsel juga termakan penawaran pascabayar dengan janji akan bisa
dikembalikan ke prabayar jika merasa tidak puas. Namun kenyataannya saat dia
ingin kembali ke prabayar tidak bisa dan dia harus berganti nomor. Baru-baru
ini saya juga mendapatkan telpon dari marketing XL yang menawarkan pindah ke XLPrioritas
dengan iming-iming tanpa deposit dan bisa kembali ke paket semula (marketing
tidak bilang kembali ke prabayar, sangat licin sekali), penggunaan nama
prioritas ini yang sangat catchy dan membuai seakan kita adalah konsumen
prioritas dan istimewa padahal intinya juga sama yaitu menjadi pelanggan pascabayar.
Mungkin teman-teman yang menggunakan operator lain juga mengalami hal yang
serupa.
Kenapa aku tidak mau
menggunakan pascabayar? Bukan karena suka gonta ganti kartu untuk dapat promo
tapi keharusan tagihan minimum perbulan dan keharusan-keharusan lainnya lah
yang menjadi faktor utamanya. Sekian dulu sharing pengalaman kali ini terimakasih